Kalimat ini jadi
favorit saya beberapa bulan terakhir, jika melakukan transaksi offline. Karena semenjak bisa
menghasilkan uang sendiri, jarang sekali saya membawa uang tunai banyak. Saya
hanya menyediakan kurang lebih seratus ribu rupiah di dompet. Dengan anggapan
meminimalisir stok uang tunai di dompet, meminimalisir pula pengeluaran
bulanan.
Apakah itu berhasil?
Sejauh ini sih berhasil. Selama saya menghindari berkeliling mall atau hangout bareng teman-teman terlalu
sering. Walaupun sebenernya saya tipe yang lumayan bisa bertanggung jawab dalam
penggunaan uang. Tapi saya rasa menyediakan uang tunai secukupnya bisa jadi
cara efektif mengurangi pengeluaran. Selain itu, saya merasakan lebih cepat dan
lebih mudah dalam bertransaksi. Tidak lagi ribet harus menghitung dana yang
akan dikeluarkan.
Kalau ada yang bilang,
malah makin tergoda untuk menjadi konsumtif jika stok uang elektronik dan kartu
debitnya banyak. Ya bagi saya itu sih tergantung pribadi masing-masing. Tinggal
pintar-pintarnya kita sebagai pemilik.
Terus, kalau ada yang
meragukan keamanannya, entah keamanan datanya atau disalahgunakan kartunya. Ya,
bismillah aja. Dilihat saja tempat transaksi dan kasirnya. Kalau ada yang
mencurgikan langsung lapor atau cerewetin saja. Biasanya akan malu sendiri
mereka. Tapi beneran deh, mayoritas sekarang sudah aman bertransaksi. Karena
sudah di awasi pihak-pihak berwenang, jadi kita lebih tenang.
Selain kartu debit,
sebenernya kita bisa melakukan pembayaran dengan kartu kredit untuk kaitan APMK
atau Alat Pembayaran Menggunakan Kartu. Tapi kali ini saya tidak akan membahas
mengenai kartu kredit lebih lanjut. Karena saya bukan pengguna kartu kredit.
Saya hanya pengguna kartu debit, saya terlalu ngeri menggunakan dana yang bukan dari dana simpanan saya sendiri.
------------------------------------------------------------------------------
Baca tulisan saya lainnya:
------------------------------------------------------------------------------
Masalah penggunaan
kartu debit selesai, saya sudah bisa menaklukannya. Nah, sekarang yang sedang booming juga adalah transaksi
menggunakan uang elektronik. Jika dahulu kartu elektronik yang saya tahu hanya
bisa digunakan untuk transaksi bus transjakarta atau krl. Sekarang sudah banyak
lagi transaksi menggunakan uang elektronik ini. Sistem penyimpanannya juga
sudah canggih. Jika dulu menggunakan berbasis chip, sekarang menggunakan
berbasis server juga ada. Jadi, kita bisa membayar ojek online dengan menggunakan uang elektronik ini. Bahkan sekarang bisa
untuk membeli beberapa produk dan makanan, dapat diskon atau cashback pula.
Tentunya, ini menjadi
tantangan lagi nih untuk saya sebagai konsumen. Karena jika tidak mengaturnya
dengan baik, maka akan terjadi pemborosan. Karena tergiur diskon dan
kemudahannya bertransaksi secara cepat.
Untuk itu saya
membiasakan tidak menstok banyak saldo di uang elektronik, secukupnya saja. Karena
selain menghindari kalap bertransaksi. Uang elektronik bukan termasuk simpanan,
jadi tidak dijamin LPS dan uang elektronik mempunyai batas maksimum saldo.
Dengan mengetahui
lebih banyak ekonomi digital khususnya di masalah pembayaran dan tentunya mengetahui
banyaknya kemudahan dalam bertransaksi, seharusnya kita sebagai generasi
milenial lebih bijak dan bisa memanfaatkan dengan benar. Baik pembelian secara offline maupun online di e-commerce. Jadi,
kalau mau bayar transaksi sudah terpengaruh saya untuk menggunakan non-tunai
demi berhemat?
Jika tulisan ini berbeda dari biasanya, ini dikarenakan artikel ini di gunakan selain di blog ini.
akupun udh lama jarang banget bawa uang tunai banyak mba. sejak pernah kecopetan di bis hahahahha. kapoook banget setelahnya. ga mau lg bawa uang kemana2, mndingan bayar pake kartu ato e wallet kayak gopay, ovo .. lbh aman dan justru terkontrol pemakaiannya
BalasHapus