Tahun 2023 sudah menghitung hari, gimana nih, apa sudah punya resolusi? Kalau belum, mungkin tulisan saya dan list berikut ini bisa memberi inspirasi untuk resolusi di tahun depan.
Baca juga: Apa itu lahan gambut?
Rekomendasi resolusi tahun 2023:
- Memilih jalan kaki di setiap kesempatan
- Memilih naik kendaraan umum seperti bis atau krl jika memungkinkan.
- Mengurangi penggunaan kendaraan pribadi.
- Mengurangi penggunaan listrik.
- Matikan lampu, ac, kipas angin, dan benda lainnya yang membutuhkan listrik jika tidak digunakan.
- Mengumpulkan minyak jelantah untuk disetorkan di bank sampah atau pihak yang menerima.
- Jika ingin membangun rumah, buat cahaya matahari dan sirkulasi udara yang bisa masuk dengan mudah ke dalam rumah. Supaya meminimalisir penggunaan ac, kipas angin, serta lampu.
- Jika ada budget dan butuh untuk beli mobil atau motor, usahakan beli yang menggunakan bahan bakar listrik.
- Share tentang aktifitas hemat energi ke sosial media atau ke lingkungan. Supaya lebih banyak yang tertarik untuk mengikuti.
Bagaimana, resolusi yang tidak biasa bukan? Tapi semua itu bermanfaat loh untuk membantu kita lebih sehat, mengurangi kemacetan, dan tentunya menghemat.
Saya terinspirasi dengan resolusi ini gara-gara mengikuti gathering online Eco Blogger Squad bersama Traction Energy Asia. Bahasannya terkait Transisi Energi.
Baca juga: Cara mengurangi kebakaran hutan
Apa itu Transisi Energi?
Transisi energi adalah usaha untuk mengurangi penggunaan energi fosil dan menggantinya dengan energi non fosil yang lebih rendah polusi serta emisi gas rumah kaca. Buat yang belum tahu, energi fosil adalah energi yang didapatkan langsung dari alam karena adanya pembusukan fosil ratusan juta lalu.
Mengapa Kita Perlu Transisi Energi?
Energi fosil jika diambil terus menerus tentu akan habis dan butuh waktu yang lama untuk mendapatkannya lagi. Oleh karena itu, penting dari sekarang untuk kita mengurangi pemakaiannya.
Lalu, yang lebih penting adalah dengan transisi energi bisa mengikis selimut polutan (efek gas rumah kaca/GRK) yang menyelimuti atmosfer bumi untuk mencegah timbulnya bencana lingkungan.
Baca juga: Apa peran hutan?
Apa itu Efek Gas Rumah Kaca (efek GRK)? Mengapa Berbahaya?
Kalian mungkin gak asing dengan istilah ini. Karena di sekolah pun sudah ada materinya sendiri. Tapi gak apa lah ya saya bantu kasih tahu lagi.
Efek GRK adalah efek yang timbul akibat peningkatan penggunaan kendaraan pribadi berbahan bakar fosil, pembangkit listrik dengan bahan bakar fosil, dan pembabatan hutan untuk produksi sumber energi. Ini efek yang berbahaya. Karena bisa menyebabkan polusi naik ke atmosfer bumi dan menyelimutinya. Sehingga panas terperangkap di bumi, yang menyebabkan meningkatnya suhu permukaan bumi (global warming). Kemudian, menyebabkan perubahan iklim dan bencana lingkungan.
Contoh efek GRK di Indonesia adalah:
- Cuaca ekstrem (kemarau panas banget, kalau hujan sering banjir).
- Kawasan pesisir dan pulau kecil terancam tenggelam. Karena bertambahnya volume air laut dari lelehan gunung es di kutub.
- Bencana lingkungan, seperti banjir, banjir bandang, gelombang pasang (banjir rob), tanah longsor, kekeringan, gagal panen, dan kebakaran hutan.
Gimana, menarik bukan latar belakang resolusi yang saya rekomendasikan? Karena kalau bukan kita, siapa lagi yang mau menyelamatkan bumi dan mengurangi selimut polusi penyebab perubahan iklim dan bencana lingkungan?
Perlahan saja dulu jika belum bisa sekaligus untuk membiasakan kegiatan transisi energi. Karena memang tak dipungkiri untuk mengurangi selimut polusi yang optimal, harus selaras dari hulu ke hilir. So, kalian mau membiasakan yang mana dulu nih?
Salam,
Hani, yang ternyata selama ini alhamdulillah sudah menerapkan transisi energi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Hehooo semuanya,
Terima kasih telah mampir di blog www.nisaahani.com. Semoga bermanfaat ya tulisannya. Di tunggu komentarnya. Dan sangat terima kasih kembali jika tidak meninggalkan link atau mengopi tulisan di blog ini tanpa izin. :)