Halaman

Senin, 28 Oktober 2024

Mari Nyalakan Alarm Persalinan (MAKAN APEL), Progam Nyalakan Kesadaran Perawatan Prenatal Rutin

Desa Marajai, Kecamatan Halong Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan adalah wilayah desa yang luas dengan kekayaan alam yang luar biasa, berada di wilayah perbukitan meratus, memiliki aliran sungai dan gunung batu kapur yang cukup tinggi. Dengan jumlah penduduk yang tidak terlalu banyak, tapi banyak penduduk dengan usia produktif. Menurut data Kampung KB BKKBN, Desa Marajai memiliki 3 RT dengan 162 KK dan dan 102 pasangan usia subur.

Kondisi Desa Marajai (Sumber foto: https://www.youtube.com/@InovasiDaerahBalangan)

Namun, sayangnya beberapa tahun lalu (semoga sekarang tidak lagi) masih termasuk daerah tertinggal. Sebab belum ada listrik, sinyal (tv, radio, dan jaringan seluler) juga masih belum terjangkau. Bahkan, masyarakat mengalami kesulitan mengakses kesehatan yang memadai pada masa kehamilan.

Padahal memantau proses kehamilan dapat memastikan kondisi kesehatan ibu selama kehamilan, memantau pertumbuhan janin yang ada dalam rahim, mendeteksi komplikasi atau masalah kehamilan sejak dini, dll. Jika perawatan prenatal tidak dilakukan rutin sesuai waktu yang seharusnya bisa berisiko terjadi komplikasi saat kehamilan, persalinan yang tidak aman, hingga berpotensi kematian pada ibu dan bayi. 

Mungkin karena Desa Marajai masuk dalam kawasan kehutanan baik hutan produksi maupun hutan lindung, berada sekitar kurang lebih 25 Km dari Kantor Kecamatan Halong,  kurang lebih 50 Km dari Ibu kota Kabupaten Balangan, dan sekitar 260 Km dari Ibukota Provinsi Kalimantan Selatan. Walaupun itu seharusnya bukan jadi suatu halangan untuk mendapat pemerataan fasilitas dari negara.

(Sumber foto: https://www.youtube.com/@InovasiDaerahBalangan/videos)

Oleh karena itu, kehadiran Susilawati, Amd. Keb. dan Inovasi Mari Nyalakan Alarm Persalinan (MAKAN APEL) UPTD Puskesmas Uren Kabupaten Balangan membawa angin segar. Ide inovasi bidan dan kader posyandu ini adalah menggabungkan teknologi alarm dengan strategi sosialisasi dan pendidikan kepada masyarakat, khususnya kepada ibu hamil dan anggota komunitas terkait.

Alarm Persalinan (Sumber foto: https://radarbanjarmasin.jawapos.com/banua/1975017956/terapkan-inovasi-makan-apel-sesion-2)

Jadi, bidan meminjamkan alarm yang harus dibawa setiap kali kunjungan dan akan di setting ke tanggal kunjungan berikutnya. Nantinya, alarm akan berbunyi saat jam 06.00 pagi 2 hari sebelum tanggal kunjungan, 1 hari sebelum tanggal kunjungan, dan saat tanggal kunjungan tiba. Lalu, untuk bumil alias ibu hamil yang sudah memasuki usia kehamilan 38 minggu, bidan akan mengatur alarm tiap 2 minggu sekali. Kemudian, jika sudah 40 minggu bumil belum lahir, maka bidan mengatur alarm 1 minggu lagi dan kalau tidak lahir juga, langsung dikonsultasikan dengan Dr SPOG di rumah sakit. Alarm akan dikembalikan apabila ibu sudah selesai masa nifas, untuk bisa dipakai ke ibu hamil yang baru.

Dengan adanya alarm persalinan ini, tidak hanya bidan dan petugas kesehatan terkait yang terbantu untuk memantau bumil yang ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas Uren atau meminimalisir resiko komplikasi kehamilan dan persalinan, tapi juga meningkatkan peran suami untuk peduli terhadap kehamilan istrinya.

Karena masyarakat di sana masih banyak yang belum bisa baca tulis, jadi dalam menyampaikan informasi agak terkendala. Namun, dengan alarm yang berbunyi, mereka dapat mengerti bahwa itu jadwal mereka untuk memeriksa kandungannya.

Inovasi MAKAN APEL (Mari Nyalakan Alarm Persalinan) yang diinisiasi oleh Susilawati, Amd. Keb. meraih beberapa penghargaan, termasuk menjadi Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards tahun 2023 di bidang Kesehatan. Keren!

Semoga dengan adanya inovasi MAKAN APEL, memicu meningkatnya kemajuan di sektor lainnya untuk warga Desa Marajai yang mayoritas penduduknya adalah suku dayak meratus (dayak blangan). Karena kan untuk mendapatkan generasi emas di kemudian hari harus ditunjang dengan banyak hal. Misal, pendidikan yang layak, pengetahuan pentingnya asupan gizi seimbang sejak dari masa kandungan, umur minimal menikah, dll.

Desa yang terkenal sebagai penghasil buah dan masyarakatnya menggantungkan ekonominya pada ladang, perkebunan, serta hasil hutan lain ini sebenarnya punya keragaman pangan, obat-obatan serta mempunyai sumber potensi wisata alam untuk trekking maupun penelitian. Jadi, semoga dengan hadirnya inovasi MAKAN APEL (Mari Nyalakan Alarm Persalinan) yang memunculkan kesadaran perawatan prenatal rutin terkait kesehatan ibu hamil dan bayi, kedepannya semakin maju di bidang lain, dengan memanfaatkan segala potensi yang bisa mendongkrak kualitas masyarakat sekitar tanpa merusak alam itu sendiri.

Sumber referensi:
https://www.scribd.com/document/653648706/Rancang-Bangun-Inovasi-Makan-Apel
https://kampungkb.bkkbn.go.id/kampung/3080/marajai
https://www.youtube.com/@InovasiDaerahBalangan
https://radarbanjarmasin.jawapos.com/banua/1975017956/terapkan-inovasi-makan-apel-sesion-2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hehooo semuanya,

Terima kasih telah mampir di blog www.nisaahani.com. Semoga bermanfaat ya tulisannya. Di tunggu komentarnya. Dan sangat terima kasih kembali jika tidak meninggalkan link atau mengopi tulisan di blog ini tanpa izin. :)