nisaahani: blogger yang suka sharing review: Ketika Pertanian Jagung Di Tangan Milenial, Bisa Go Internasional

Selasa, 22 Oktober 2024

Ketika Pertanian Jagung Di Tangan Milenial, Bisa Go Internasional

Petani, pekerjaan yang jarang dilirik untuk anak muda, tapi tidak dengan Setya Gustina Riwayat. Berlatar belakang keluarga besar petani dan merasa menjadi petani pun bisa settle, milenial satu ini memilih menjadi petani jagung serta mengembangkannya versi anak muda.

Setya Gustina Riwayat (Sumber foto: instagram @rumahpetani.indonesia)

Pada awalnya, Setya merasa menanam jagung di daerahnya bertani, yaitu Cianjur adalah tindakan yang nekat. Karena Cianjur adalah lumbung padi. Mayoritas petaninya menanam padi untuk menjadi beras, bukannya menanam jagung.

Sudah begitu, jagung yang ditanam adalah jagung hibrida. Jagung yang memiliki ketinggian tiga meter, bisa panen dalam rentang waktu 70 hari, dan pada satu pohon menghasilkan tiga tongkol. Menguntungkan tapi ini jagung yang biasa untuk pakan ternak atau industri makanan. Masih jarang pesaing, tapi pasarnya harus digali lebih dalam.

Suatu hal terjadi memang pasti ada maksudnya, tak disangka-sangka, setelah survei, Setya mengetahui bahwa jagung yang ditanamnya dibutuhkan masyarakat sekitar, tapi pemasoknya masih banyak dari luar daerah. Bisa juga dijual ke perusahaan ternak sapi. Setya pun berhasil menemukan target market untuk hasil bertaninya.

Bermitra dengan peternakan (Sumber foto: instagram @rumahpetani.indonesia)

Berawal dari bertani di lahan 1.5 hektar, kini sudah mempunyai binaan kurang lebih 72 hektar dan jika ditambah kemitraan, bisa seluas sekitar 135 hektar. Yap, dengan SOP dalam bertaninya, sehingga menghasilkan hasil tani yang sesuai standar, Setya juga dipercaya perusahaan yang ingin menanam jagung.

Pertanian ditangan anak muda memang semakin menarik. Karena bertani jadi tidak lagi identik full kotor-kotoran atau stigma lainnya. Sebab, bertaninya petani milenial ini memadukan pertanian konvensional dan teknologi pertanian terkini. Prosesnya pun membuat bertani lebih efisien.

Bertani lebih efisien dengan alat (Sumber foto: instagram @rumahpetani.indonesia)

Bertani versi milenial juga lebih menguntungkan dari segi ekonomi. Karena, jika dahulu petani tidak menghitung tenaga yang dikeluarkan dalam proses bertani, hanya menghitung pupuk, bibit, dan sebagainya, kini Setya menghitung biaya tenaga juga.

PKL di pabrik jagung, menjadi petani modern (Sumber foto: instagram @rumahpetani.indonesia)

Bertani milenial juga tidak hanya berangkat, pulang, lalu panen, saya lihat di instagramnya @rumahpetani.indonesia , Setya melakukan sinergi dalam bertani dan melakukan publikasi melalui media sosial. Sinerginya pun tidak hanya ke perusahaan, pemerintah, tapi juga ke sekolah dan kampus. Sehingga, dengan banyaknya yang bekerjasama, bisa lebih menguntungkan, meluaskan pasar, serta bisa berbagai ilmu. Karena memang salah satu visinya adalah regenerasi petani. Selain itu, tidak hanya membuat pemerintah melirik, petani yang belajar perdagangan internasional ini juga mampu menjual hasil taninya hingga ke luar negeri, seperti Amerika, Kuwait, Bahrain, dan Qatar.

Setya juga mengatakan, bahwa jagung yang ditanam nya, hasilnya bisa semua dimanfaatkan. Jagungnya untuk dijual ke industri makanan atau industri pakan ternak, tangkai jagung bisa untuk makan ternak juga, dan bonggol jagungnya, tidak hanya untuk pakan ternak sapi serta kambing, tapi juga bisa jadi briket. Jadi, bertani jagung bisa zero waste.

Pria 31 tahun ini tidak hanya bertani, tapi juga menjadi Direktur Rumah Petani Indonesia. Berawal dari komunitas petani jagung, jadi wadah ratusan petani lainnya, membantu permasalahan pasar, dan distribusi hasil pertanian. Setya membuktikan bahwa petani bisa jadi salah satu profesi yang digeluti anak muda. Siap membantu Cianjur Swasembada Jagung 2025. Pantas menjadi penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2023.

Ladang jagung (Sumber foto: instagram @rumahpetani.indonesia)

Yuk, mari kita mulai melirik petani sebagai salah satu profesi yang bisa ditekuni! Karena jika semua pergi ke kota, urbanisasi, desa akan sepi, tidak dikelola dengan baik, dan semakin minim pilihan ladang pekerjaan. Tidak hanya itu, dengan menjadi petani milenial, bisa membangkitkan swasembada pangan, memenuhi kebutuhan diri sendiri dan sekitar. Buat anak muda yang sedang memikirkan ingin menjadi apa, mungkin bisa coba menjadi petani milenial.

Sumber referensi:
  • https://www.instagram.com/rumahpetani.indonesia/
  • Podcast di https://www.radioidola.com/2024/setya-gustina-riwayat-petani-milenial-dan-pendiri-rumah-petani-dari-cianjur/
  • https://jabar.tribunnews.com/2021/02/15/petani-milenial-khawatir-generasi-petani-di-cianjur-menghilang-ini-alasannya?page=all
  • https://pakuanraya.com/bbppmvp-cianjur-ajak-kaum-milenial-bertani/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hehooo semuanya,

Terima kasih telah mampir di blog www.nisaahani.com. Semoga bermanfaat ya tulisannya. Di tunggu komentarnya. Dan sangat terima kasih kembali jika tidak meninggalkan link atau mengopi tulisan di blog ini tanpa izin. :)