Menurut kalian, plastik jahat atau baik? Kalau saya pribadi sih yakin, semua orang atau benda punya sisi baik atau buruk, tergantung kebutuhan dan toleransi kita sendiri. Sama seperti plastik.
Seperti yang kalian tau, saya menerapkan hidup go green semampu saya. Apakah saya langsung sepenuhnya anti sesuatu? Tidak juga sih ya. Tapi, memang saya tidak suka langsung membuang sesuatu, mesti diolah terlebih dahulu hingga menjadi sesuatu yang tidak bisa diolah bagi saya.
Contohnya kertas. Jika dua sisinya belum terpakai penuh, saya belum mau buang. Kertas bekas skripsi saja, saya jadikan buku tulis. Bahkan jika dua sisi sudah penuh tulisan, saya masih memanfaatkan kertas tersebut untuk menjadi bungkus.
Walaupun kertas bisa lebih cepat terurai, mari kita tetap memaksimalkan kertas yang ada. Karena kan membuat kertas ada bahan baku dan proses pembuatan yang tentu bisa menimbulkan limbah. Makanya itu, tetap mesti dimanfaatkan dengan baik.
Sedangkan, untuk item pakaian atau kain, saya juga tidak suka langsung buang atau gampang beli. Biasanya saya vermak dulu. Entah gimana caranya biar terlihat baru. Karena, ternyata fashion adalah salah satu sumber limbah terbesar.
Untuk plastik juga begitu. Saya menghindari menggunakan plastik atau langsung membuang plastik. Biasanya saya pakai berkali-kali hingga saya merasa plastik itu layak dibuang, seperti sudah robek menjadi kecil. Pokoknya, bagimana saya memanfaatkan yang ada, tidak menambahkan barang baru.
-------------------------------------------------------------------------------
Baca tulisan saya lainnya:
----------------------------------------------------------------------------
Saya mulai sadar dan menerapkan go green hampir sepuluh tahun lalu. Dan mulai menerapkan manfaatkan yang ada serta mengurangi pembelian ketika saya pindahan dari Bandung ke Tangerang. Karena ketika pindahan, barang saya sendiri hampir satu mobil (ukuran mobil keluarga yang ada tiga baris kursi) penuh. Bagasi dan kursi belakang mobil super padat. Bahkan kursi tengah berjejer barang-barang juga. Ribet jadinya.
Setelah itu, saya berusaha mengkontrol diri agar barang yang saya beli benar-benar yang saya butuhkan. Walaupun seunyu apapun itu. Hehe. Saya juga tidak segan menjual atau memberi barang saya jika barang yang saya punya kurang termanfaatkan dengan baik oleh saya. Biar lebih diberdaya gunakan gitu barang yang ada. Tentunya kecuali barang berharga ya. Haha.
Sampai sini mulai paham kan ya saya tipe go green yang seperti apa? Saya belum yang sestrict itu kok. Masih berproses juga. Karena rasanya egois aja gitu kalau menerapkan hidup go green dan super anti plastik, lalu jadi membuang beling atau pecahan kaca begitu saja tanpa dibungkus/lapisi dengan baik. Kan bisa melukai orang lain.
Acara Potensi Ekonomi dari Pengelolaan Sampah Plastik
Nah, beberapa hari lalu saya datang ke acara Komunitas Plastik untuk Kebaikan. Saya penasaran, seperti apa sih maksudnya plastik untuk kebaikan?
Dengan narasumber Novrizal Tahar (Direktur Pengelolaan Sampah Kementrian Lingkungan Hidup), Ir. Ahmad Zainal Abidin, PhD (Pakar PET dari ITB), Chrintine Halim (Ketua Umum Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia), Pris Poly Lengkong (Ketua Ikatan Pemulung Indonesia), dan Endang Truni Tresnaningtyas (Direktur Bank Sampah Induk Patriot Bekasi), saya jadi mengenal lebih dekat dengan plastik dan pemanfaatannya. Diskusi publik yang bagus.
Sebab, ternyata hampir banyak aspek di kehidupan kita itu menggunakan plastik, baik ukuran besar maupun kecil. Karena plastik sendiri ada banyak jenisnya dan memang mempermudah kehidupan kita, asalkan digunakan dengan cara yang benar. Toh tidak semua plastik sama.
Plastik sendiri sekarang ternyata sudah ada yang dibuat lebih ramah lingkungan dan bisa lebih cepat terurai. Coba perhatikan kantung plastik minimarket/supermarket deh, sekarang gampang lebih rusak kalau didiamkan. Dan ada juga kantung plastik dari singkong. Wew.
Ternyata, kita memang mesti lebih open minded ya dengan perkembangan yang ada sekarang. Karena, teknologi saat ini tidak hanya canggih, tapi juga mulai memperhatikan lingkungan. Kita yang belum bisa bikin, setidaknya bisa mengapresiasi para produsen yang membuat benda lebih ramah lingkungan.
Plastik Untuk Kebaikan Itu Berarti Plastik Bisa Jadi Circular Economy
Pernah tidak melihat pemulung atau orang yang menjual barang bekas ke pengepul? Eh, beneran loh, yang bisa menjual barang bekas ke pengepul tidak hanya pemulung saja. Siapa pun bisa. Asal barangnya lumayan banyak. Karena kalau sedikit tidak terlalu mahal harganya, mending diberikan ke pemulung saja jika tidak mau menunggu lama barang bekas terkumpul. Insyaallah jadi sedekah walaupun sedikit.
Ngomong-ngomong jual barang bekas, saya juga pernah loh menjual barang bekas sendiri ke pengepul. Dua kali pindahan, dua kali pula saya menjual barang bekas ke pengepul. Lumayan uangnya bisa buat tambah-tambahan atau jajan. Apalagi anak kosan. Hehe. Jadi, daripada pindahan bawa berat, saya jual deh kertas-kertas yang menurut saya tidak akan terpakai lagi. Plastik-plastik bekas atau botol-botol juga saya jual.
Karena plastik (jenis tertentu/PET) memiliki nilai ekonomi. PETE (Polyethylene Terephthalate) atau PET adalah jenis plastik yang sering digunakan sebagai wadah makanan. Jenis plastik ini dapat ditemukan pada hampir semua botol air mineral dan beberapa pembungkus.
Mungkin bagi kalian, plastik ini hanya bisa mengotori bumi. Karena memang plastik jenis PET disarankan hanya untuk satu kali penggunaan. Jadi, jika digunakan berulang dapat meningkatkan resiko ikut terkonsumsinya bakteri dan bahan plastik yang berkembang pada bahan itu. Tapi sebenarnya, jenis plastik ini yang bisa menghasilkan uang. Sebab dapat didaur ulang.
Buat kalian yang belum bisa mendaur ulang, plastik memang terlihat hanya sebagai sampah. Tapi ditangan para kreatif, plastik bisa sebagai sebuah komoditas yang berpotensi untuk dikembangkan.
Dengan pengelolaan berkelanjutan yang menciptakan Circular Economy (ekonomi melingkar) membuat siklus pakai plastik tidak lagi berakhir di tempat pembuangan sampah. Karena dapat kembali dimanfaatkan kembali baik dalam bentuk listrik, bahan daur ulang, bahan bakar dan naphtha.
Pilah Sendiri Sampahmu dan Daur Ulang
Tas dari plastik bekas |
Buat kalian yang belum bisa mendaur ulang sampah plastik, bisa dimulai dengan memilah sendiri sampah bekas konsumsi. Karena tidak semua sampah itu sama, lagipula degan memilah sampah, jadi bisa lebih mudah di daur ulang serta ikut serta mendukung rantai circular ekonomi. Dan kalau belum bisa juga, minimal kurangi pemakaian kantong kresek dan plastik sachet. Karena plastik jenis ini belum bisa didaur ulang.
Memang sih, regulasi sampah menurut saya pribadi pun belum terlalu bold. Masih banyak yang bikin bertanya-tanya, seperti: sampah yang sudah kita pilah di rumah kenapa pas diangkut truk sampah dicampur kembali atau kenapa masih belum ketat penggunaan plastik atau bahan lainnya, kenapa pengelolaan sampah kita belum diwajibkan dipilah, dll.
Banyak sih kalau mau kritis. Tapi sembari kita mengawasi dan mendukung pemerintah memperbaiki dan meningkatkan kembali peraturan tentang sampah ataupun plastik. Mari kita masing-masing melakukan perubahan.
Karena dengan mengurangi sampah, memilah sampah hingga bisa terjadi proses produksi ulang (remanufacture), daur ulang (recycling), penggunaan kembali (reuse), berarti kita ikut berkonstribusi dalam meminimalisir beban lingkungan ke alam, seperti tempat pembuangan akhir atau bahkan lautan. Lagipula itu bisa menciptakan rantai ekonomi baru.
Zero Waste Life
Kalau yang pernah menonton weekend life saya di youtube atau cara mengelola sampah organik (tonton video di atas), sepertinya kebayang bagaimana saya dan keluarga mengelola sampah.
Jadi, sampah-sampah memang sudah kita pilah semampunya, jual yang bisa dijual, diberikan ke orang lain atau ke lingkungan itu sendiri jika memungkinkan. Seperti limbah bekas cuci beras disiram ke tanaman dan sampah organik jadi diolah jadi pupuk.
Dan di kehidupan sehari-hari kita sangat usahakan diet plastik, bawa tote bag sendiri ketika berpergian atau belanja, mendaur ulang jika bisa, makan/minum sampai habis biar tidak ada limbah dll. Masih simpel-simpel sih, belum total zero waste life banget. Tapi semoga bisa ikut save the planet and save earth.
Kalau kalian gimana? Sudah melakukan apa? Atau jangan-jangan yang punya usaha sudah menerapkan kantong plastik berbayar dan struk dikirim ke email lagi. Wew. Share yak.
Salam,
Hani, yang kaga suka lihat orang yang makannya gak abis dan pengen segera punya usaha yang sukses menghasilkan uang dan juga go green.